Yogyakarta, Indonewstime.com — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, menghadiri peresmian Gedung Purna Yudha Mada Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Haedar mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali menghayati makna lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai sumber inspirasi dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Haedar, Indonesia Raya yang kerap dinyanyikan tidak sekadar simbol kebangsaan, melainkan mengandung pesan-pesan mendalam yang perlu dihayati dan diwujudkan. Ia membedahnya menjadi tiga nilai utama: tanah air, persatuan, dan pembangunan jiwa dan raga bangsa.
Pertama, kesadaran tentang tanah air. Haedar menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam luar biasa yang dianugerahkan Tuhan, terdiri atas ribuan pulau, bahkan sebagian belum memiliki nama. Namun, merawat tanah air bukan perkara mudah.
“Setiap anak bangsa, baik rakyat maupun elit, harus menyelesaikan urusannya dengan dirinya sendiri jika ingin benar-benar menjadi pandu tanah air. Jika masih ada kepentingan pribadi atau golongan, tanah air kita akan rusak, tergadaikan, dan kehilangan kekuatan untuk memajukan bangsa,” ujarnya dilansir dari muhammadiyah.or.id, Selasa (23/9/2025).
Ia menegaskan bahwa ketulusan merupakan kunci dalam mengabdi kepada tanah air, bukan sekadar mengejar harta atau posisi.
Kedua, makna Indonesia sebagai kebangsaan. Dalam lirik Indonesia bersatu, Haedar melihat pesan bahwa persatuan bangsa harus diwujudkan dengan kerja keras, bukan hanya ucapan. Ia mengingatkan bahwa keberagaman suku, agama, budaya, serta kepentingan ekonomi dan politik sering kali menjadi tantangan bagi persatuan.
“Sebuah bangsa eksis ketika ada kehendak bersama untuk hidup bersatu. Jika setiap orang memiliki jiwa kenegarawanan, maka konflik dapat dikendalikan, dan persatuan bangsa tetap terjaga,” tutur Haedar.
Ia pun mengajak seluruh warga dan elit bangsa untuk berani membatasi kepentingan ekonomi dan politik demi persatuan Indonesia.
Ketiga, nilai pembangunan bangsa. Pada bagian Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, Haedar menegaskan pentingnya membangun Indonesia secara utuh, baik secara spiritual maupun material. Pendidikan, menurutnya, harus dipadukan dengan nilai-nilai agama, sehingga menghasilkan manusia Indonesia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter.
Mengutip pemikiran Soepomo, ia menekankan perlunya membangun Indonesia yang “bernyawa dan berjiwa,” dengan Pancasila, UUD 1945, serta nilai-nilai luhur budaya dan agama sebagai fondasinya.
Acara peresmian gedung ditutup dengan penandatanganan prasasti, menandai komitmen bersama untuk terus menjaga dan merawat semangat kebangsaan.
Penulis: Bgs
Editor: Gabriella



