Di halaman Pendopo Rumah Jabatan Bupati Majene, pada peringatan Hari Guru Nasional ke-80, 25 November 2025, tampak sesosok pemuda tegak berdiri, memimpin Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Dalam seragam kebanggaannya, ia adalah Fardhan Dzaki Mubarak, anak muda yang didaulat mengibarkan Sang Merah Putih, simbol kehormatan bangsa dan pengabdian guru.

Lahir di Watampone pada tanggal 11 Februari 2009, Fardhan adalah sulung dari empat bersaudara dari pasangan Muhammad Fauzan, S.T., S.Sos., M.Si. dan Andi Kasmiati, SE. Gr. Namun, lebih dari sekadar nama dan tanggal lahir, dalam darah Fardhan mengalir perpaduan nilai luhur yang menjadikannya sosok istimewa. Ada semangat dan jiwa besar Arung Palakka, pahlawan Bugis yang dikenal keteguhan dan keberaniannya, yang bercampur dengan nilai religius Sayyed Zakariah, pembawa agama Islam di Tanah Pamboang. Perpaduan inilah yang membentuk karakternya yang kuat dan bersahaja.

Pemilihan Fardhan sebagai pengibar bendera di Hari Guru Nasional bukanlah kebetulan. Ia adalah Jebolan Paskibraka Provinsi Sulawesi Barat pada peringatan HUT RI Ke-80, sebuah bukti fisik atas kedisiplinan dan kemampuannya dalam baris berbaris. Namun, di balik seragam Paskibraka, tersimpan kisah tentang seorang anak yang kuat, tabah, dan mandiri.

Sejak kelas 1 SMP, Fardhan telah terbiasa jauh dari orang tua. Ibunya, seorang guru di SMP Negeri 1 Malunda, dan ayahnya, yang saat itu mengemban tugas sebagai Penjabat Kepala Desa di pelosok Kecamatan Malunda, harus menjalankan tugas pengabdian di ujung Utara Litaq Assamalewuang Kabupaten Majene. Jarak yang membentang tidak lantas membuatnya rapuh. Ia memilih untuk tinggal di Majene, ikhlas menerima kenyataan, karena baginya, ia mulai memahami bahwa sebuah pengabdian lebih penting dari ego pribadi. Pengorbanan kedua orang tuanya demi tugas negara dan masyarakat menjadi sumber inspirasi terbesarnya.

Fardhan menamatkan SD di kampung halamannya, Luaor, sebelum kembali mengejar mimpinya di SMP Negeri 2 Majene. Sebagai “anak kampung,” ia tidak pernah merasa minder. Setelah lulus, ia melanjutkan ke sekolah favorit, SMA Negeri 1 Majene di Litaq Assamalewuang. Di sinilah bakat baris berbarisnya kembali terasah. Sempat mengikuti seleksi Paskibraka Nasional dan mengalami kegagalan, Fardhan tidak pernah berkecil hati. Ia bangkit, membuktikan ketabahannya, dan akhirnya terpilih menjadi anggota Paskibraka Provinsi.

Dengan bekal ilmu akademik yang mumpuni, ditambah pengalaman dan disiplin ilmu baris berbaris, Fardhan mematri cita-cita besar: menjadi seorang Taruna AKPOL kelak. Yang mengagumkan, Fardhan memilih untuk membangun jalannya sendiri. Ia adalah sosok yang tidak ingin berlindung di balik nama besar atau koneksi kuat ayahnya di Litaq Assamalewuang. Ia ingin bergaul dengan siapa pun, diterima sebagai dirinya sendiri, membuktikan bahwa keberhasilan sejati diraih melalui usaha dan kerja keras, bukan hak istimewa.

Di Hari Guru Nasional ini, Fardhan Dzaki Mubarak tidak hanya mengibarkan bendera. Ia adalah representasi generasi muda yang menjunjung tinggi pengabdian, berani menghadapi tantangan, memegang teguh kehormatan, l serta sadar akan jadirinya ia berasal seorang putra dari guru anak seorang pendidik sekaligus mengkonfirmasi diri bahwa Arung Palakka kembali hadir, mewariskan semangatnya dalam ketegasan langkah seorang pengibar bendera di tanah Mandar.

 

Penulis: Muh. Fauzan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan