Guru Madrasah dan Swasta Di Nilai Dikorbankan Demi Sistem, Dibiarkan Tanpa Keadilan. Diamnya Pemerintah Adalah Pengkhianatan terhadap Guru Madrasah dan Swasta

Minimnya perhatian pemerintah terhadap guru madrasah dan sekolah swasta kembali disoroti. Kali ini, suara lantang datang dari Rahmadi, salah satu tokoh pendidik dan kepala sekolah swasta tingkat atas di Majene, yang menilai bahwa mengabaikan kesejahteraan guru swasta adalah bentuk investasi bodong yang akan merusak tatanan pendidikan bangsa. Kamis (16/10/2025).
Menurut Rahmadi, pemerintah tidak bisa berharap pendidikan Indonesia maju apabila para pendidik di madrasah dan sekolah swasta masih diperlakukan sebagai anak tiri.
“Guru madrasah dan sekolah swasta adalah ujung tombak pendidikan karakter dan agama. Tapi kenyataannya, banyak dari mereka hidup dalam kondisi finansial jauh dari ideal, tanpa jaminan sosial yang memadai,” tegasnya.
Ia menuntut adanya kesetaraan perlakuan dan alokasi anggaran yang lebih adil antara guru negeri dan guru swasta. Pemerintah, kata dia, wajib memastikan beberapa hal penting:
1. Kesejahteraan finansial.
Guru madrasah dan sekolah swasta harus mendapatkan honorarium atau gaji yang layak, setara dengan standar minimum yang berlaku bagi guru sekolah negeri atau lembaga pendidikan lainnya.
2. Jaminan sosial dan profesi.
Pemerintah perlu memperluas akses sertifikasi guru, tunjangan profesi, serta jaminan kesehatan dan pensiun tanpa membedakan status kepegawaian.
3. Pengakuan dan dukungan nyata.
Madrasah swasta harus diakui sebagai mitra strategis dalam pendidikan nasional, dengan dukungan fasilitas dan pelatihan yang layak untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
“Ketidakadilan terhadap guru madrasah dan sekolah swasta adalah bentuk pengabaian terhadap masa depan bangsa. Jika ini terus dibiarkan, kita sedang menanam investasi yang justru merusak,” pungkas Rahmadi.
Sebagai pemerhati pendidikan, terlihat melalui akun FB Pribadinya menegaskan pentingnya suara ini disebarluaskan agar pemerintah segera bertindak nyata.
“Guru-guru swasta tidak butuh belas kasihan, mereka butuh pengakuan dan kebijakan yang adil. Karena di tangan merekalah karakter generasi bangsa ditempa,” tulisnya makna dalam unggahan pribadinya.
(Rls/EPN)
Penulis: EPN