Bojonegoro, Indonewstime.com — Ramai perbincangan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan Pemerintah, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir sebut Muhammadiyah lebih awal adakan program itu.

Setelah program makan bergizi ini berjalan, Muhammadiyah kemudian baru melakukan penandatanganan MoU dengan Badan Gizi Nasional (BGN) ketika Tanwir Muhammadiyah di Kupang pada tahun 2024. Muhammadiyah selanjutnya membentuk Koordinasi Nasional (Kornas) untuk program ini.

Namun demikian MBG sebagai program baru menurut Haedar tidak langsung berjalan dengan lancar. Sehingga masih perlu dilakukan perbaikan agar tujuan utamanya tercapai. Kesadaran untuk memperbaiki diri ini harus dimiliki pemerintah pusat maupun pelaksana di bawah.

Haedar Nashir mendukung program ini, sebab tujuan utamanya ingin membangun kesehatan generasi bangsa yang lebih baik melalui cara langsung. Selain dukungan, Muhammadiyah juga memberikan catatan supaya setiap lini program untuk terus menerus melakukan perbaikan.

“Peran kebangsaan, kemasyarakatan sebagai panggilan dari jiwa pengkhidmatan Muhammadiyah untuk bangsa dan negara. Maka kami punya semangat mendukung untuk yang tentu semuanya positif, dan kalau ada hal-hal yang kurang, masalah, kami memberikan masukan,” kata Haedar dilansir dari Muhammadiyah.or.id, Senin (13/10/2025).

Muhammadiyah ketika memberikan kritik tentu dengan argumentasi yang kuat dan obyektif. Muhammadiyah tidak memberikan kritik ‘kosong’, sebab Muhammadiyah juga melakukan usaha-usaha konkrit untuk mencari alternatif atas kekurangan dan masalah yang ada.

“Muhammadiyah melakukan kritik sebagai bagian dari usaha untuk membangun bangsa,” tutur Haedar.

Sementara, terkait dengan masalah dapur program MBG, Haedar menyampaikan, tidak semua sekolah berkemampuan untuk punya dapur. Oleh karena itu, menurutnya masih diperlukan dapur utama dengan didukung dapur-dapur satelit. Sehingga masalah makanan yang tidak layak konsumsi bisa dihilangkan.

“Ini masukan bagi BGN untuk selalu waspada dalam pengawasan dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Pada kesempatan ini Haedar juga berpesan kepada bangsa Indonesia untuk tidak tergopoh-gopoh dalam merespon situasi – harus bijak. Kondisi sosial dan psikologis bangsa Indonesia ini ‘dikipasi’ dengan adanya media sosial sehingga menjadikan kondisi yang begitu rupa.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan