Terungkap Penyebab Utama Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis, Sebanyak 4.700 Pelajar Jadi Korban. Kasus Terbaru Muncul di Tappalang Sulawesi Barat
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan gizi pelajar kembali menjadi sorotan. Sejak awal 2025, sejumlah laporan keracunan muncul dari berbagai daerah.
Di Cianjur, Jawa Barat, keracunan pertama kali mencuat pada April 2025 dengan total korban yang terus bertambah hingga 165 siswa. Tak lama kemudian, Bogor mencatat sekitar 210 siswa, Tasikmalaya hingga 400 pelajar, Bandung Barat sekitar 369 siswa, dan Garut menembus 569 korban.
Gelombang serupa juga terjadi di luar Jawa. Di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, sekitar 250 siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu MBG. Hingga Agustus 2025, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat total kasus keracunan yang terkait program ini telah menyentuh lebih dari 4.700 penerima manfaat di berbagai wilayah.
Kasus terbaru muncul di Tapalang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu 24 September 2025. Sedikitnya 6 hingga 15 siswa dari SDN Taan dan satu SMP dilarikan ke Puskesmas setelah mengalami mual, sakit perut, muntah, dan sakit kepala usai menyantap paket makanan MBG.
Beruntung, hingga kini tidak ada laporan korban jiwa dalam seluruh rangkaian kasus keracunan ini.
Faktor Penyebab Utama Keracunan
Hasil investigasi sementara di berbagai lokasi menunjukkan beberapa penyebab umum yang diduga menjadi pemicu keracunan, di antaranya:
1. Kontaminasi bakteri seperti Salmonella atau E.coli akibat proses masak, simpan, dan distribusi yang tidak higienis.
2. Penyimpanan tidak sesuai, karena makanan dikirim dari dapur ke sekolah tanpa pendingin memadai, sehingga cepat basi terutama menu berkuah, telur, dan daging.
3. Kualitas bahan baku yang tidak segar atau mendekati kedaluwarsa.
4. Proses masak kurang matang, sehingga bakteri patogen masih bertahan.
5. Distribusi massal yang terburu-buru, membuat penyedia mengabaikan standar keamanan pangan.
Nb:
Informasi dalam rilis ini disusun berdasarkan laporan resmi dan pemberitaan berbagai media nasional seperti Kompas, Detik, Tribun, dan Antara, serta keterangan dari Badan Gizi Nasional (BGN) dan Dinas Kesehatan di masing-masing daerah.
Data jumlah korban bersifat sementara dan dapat berubah seiring perkembangan hasil investigasi laboratorium dan rilis resmi pemerintah daerah serta Kementerian Kesehatan.
(Rls/EPN). Rabu 24/9/2025
Penulis: EPN


